Kenangan Di Gerbong Kereta


Kenangan Di Gerbong Kereta

Namaku Dira, Cowok berumur 20 thn. Aku kuliah di sebuah Universitas swasta di Jogja, dan aku hidup sebagai anak kost hampir 5 tahun di sini. Hari itu hari sabtu, dan aku sedang libur setelah mengikuti tes. Karena tidak ada kegiatan di Yogya maka aku memutuskan untuk mudik. Waktu itu aku masih kelas 2 SMA, aku pulang dengan naik kereta yang berangkat dari Jogja sore hari. Sebelum berangkat aku bertemu dengan dua cewek cantik, seksi, dengan bbentuk tubuh yang indah dan dibungkus dengan pakaian ketat dan di padu dengan rok panjang yang berkesan anggun tapi cukup untuk membuatku terangsang. Kebetulan pada waktu itu aku sedang antri di telepon umum. Kami saling pandang dan saling melemparkan senyum. Sesudah menelepon pacarku untuk sekalian pamit, aku langsung membeli tiket. Eh, ternyata secara kebetulan juga dia satu tujuan denganku.

Di kereta kami duduk berdekatan dan akhirnya kami kenalan. Rina dan Lina (bukan nama sebenarnya) nama mereka, kami ngobrol ke sana ke mari sampai kami kecapaian dan mereka berdua ketiduran. Lama juga mereka tidur. Kuperhatiin mereka berdua. Rina yang ternyata lebih tua 2 tahun dariku, mempunyai wajah yang manis, kulitnya putih bersih, rambutnya hitam dan panjang dan di atas bibirnya tumbuh sedikit kumis. Kata orang kalau seorang cewek mempunya kumis sedikit, dia memiliki nafsu yang besar dan asyik dalam hal permainan seks di atas ranjang. Kemudian mataku tertuju pada dua bulatan di dadanya yang menonjol bagaikan sepasang balon. Uh, aku jadi berpikir yang tidak-tidak. Kemudian kuperhatikan juga Lina yang tertidur di samping Rina. Cewek yang satu ini orangnya energik sekali dia orangnya lebih pendek dari Rina, tapi dia mempunyai bentuk tubuh yang tidak kalah bagusnya dengan Rina. Tapi aku lebih tertarik pada Rina, karena kumisnya dan kemulusan kulitnya membuat aku ingin sekali menjilatinya dan menidurinya.

Tiba-tiba Rina terbangun, "Aduh kepalaku pusing", katanya membuyarkan lamunanku.
Lalu aku suruh dia duduk di sampingku, "Rin, biar aku pijit kepalamu, sini".
Dia pun duduk di sampingku dan mulailah aku pijit keningnya. Matanya terpejam.
"Teruss Der di situ yyaaa".
Melihat ekspresi wajahnya yang manja membuat darahku berdesir, apalagi setelah aku lihat belahan di dadanya yang sedikit terbuka. Wouw, putih sekali, membuat kemaluanku bergerak naik, dan mempersulit posisi dudukku karena serasa mengganjal dan salah jalur.

"Udah enakan belon?".
"Udah dikit sich, tapi belon klimaks", katanya sambil tetap memejamkan matanya.
"Kalau belum klimaks, ya di goyang aja biar enakan dikit", kataku.
Dia mencubit kakiku bersamaan dengan itu bergeraklah penisku makin tegang dan tampak menonjol. Dia tersenyum sambil melirik penusku yang sudah tidak sabar ingin keluar dari sarangnya.

"Adikmu kenapa?", katanya sambil menunjuk ke bagian bawahku.
Tanpa basa basi lagi kupegang tangannya dan kubimbing menuju ke penisku.
"Iihh besar juga adik kamu yaa", katanya sambil mengelus-gelus penisku dari luar celana.
"Adik gue bangun nich, Kamu mau nggak ngajak main adikku..?".
Dia cuma tersenyum dan masih mengelus-elus penisku. Kebetulan gerbong sedang sepi. Langsung aja aku sosor lehernya, kujilati, dan kemudian kujilati juga telinganya dan kulumat bibirnya yang tipis, sambil memainkan payudaranya dengan tangan kiriku.
"Udah aaahh takut ketahuan orang", katanya sambil menarik bibirnya dari bibirku.
"Kita baru kenal kok udah ciuman sich", katanya dengan nada manja.
"Tapi kamu suka kan?", jawabku sekenanya. Dia cuma tersenyum dan mencubitku lagi.

Sesampainya di tujuan, Rina memberiku alamat rumahnya dan disuruhnya aku main ke rumahnya, besok kamis. Aku sih oke saja, malah suka. "Kucing kok di iming-imingi ikan", mana mungkin nolak.

Kamis sore aku sudah bersiap-siap, dengan alasan mau ke tempat teman baikku yang rumahnya jauh di luar kota, aku berhasil meminjam mobil kakakku. Jadi deh aku meluncur ke rumahnya. Tapi aku sempat bingung juga mencari alamat rumahnya. Dengan sedikit usaha, bertanya ke sini sini, akhirnya dapat juga menemukan almatnya. Aku ketuk pintunya, rupanya dia sudah menungguku sejak tadi. Kami ngobrol agak lama hingga sempat berkenalan dengan adik dan orang tuanya. Karena akrabnya, aku sempat mengerjakan PR matematika adiknya yang masih duduk di bangku SD. Sekitar jam tujuh malem kami keluar, rencananya kami mau ke cafe di Batu raden tapi Rina bilang kepada orang tuanya mau ke rumah Lina dan nanti dia tidak pulang tapi menginap di rumah Lina. Akupun pura-pura sekalian pamit mengantarkan Rina ke rumah Lina.

Sesampainya di Cafe kami enjoy saja di sana. Dia ternyata punya bakat menyanyi. Kami berkaraoke dan menyanyi bersama, sambil saling berdekatan dan pelukan kami menyanyikan lagu cinta. Aku sudah lupa judulnya, pokoknya asyik sekali waktu itu. Kami bernyanyi, bercanda, tertawa dan akhirnya kita kecapekan. Dia membaringkan tubuhnya di pangkuanku sambil tengadah memandangku.
"Der, aku suka ama kamu", dia ucapkan kata itu sambil menampakkan garis wajahnya dengan sendu.
"Aku juga suka ama kamu Rin".

Kemudian kudekatkan wajahku ke mukanya dekat sekali dan kurasakan hangat nafasnya menambah gairahku. Langsung saja kucium bibirnya. Kulumat bagian atasnya dan kumainkan lidahku. Dia pun membalasnya, rupanya Rina sudah berpengalaman juga. Kumasukkan tanganku ke dalam BH-nya dan kumainkan puting susunya sambil memijit dengan halus seluruh bagian payudaranya. Tiba-tiba dia menghentikan aktivitasku dan berkata, "Udah aah, nggak enak dilihat orang". Dengan menghela napas kuhentikan aktivitasku. Dia memandangku, rupanya dia mengerti kalau aku sedikit kesal. Jam 11 malam kamipun akhirnya pulang. Dalam perjalanan aku mencoba untuk mengajaknya ke hotel dengan dalih kata-katanya tadi.
"Rin, ke hotel yuk aku pingin ngelanjutin yang tadi, di cafe kan diliat orang tapi kalo di hotel kan nggak ada yang ngeliat".
Ternyata diluar dugaanku, dia langsung mengiyakan ajakanku tadi, "Ayo.., siapa takut!", katanya. Tanpa ragu lagi aku langsung menuju salah satu hotel di Batu Raden.

Aku sengaja mengambil kamar paling atas, di lantai dua. Dari jendela kaca yang besar aku bisa melihat kota Purwokerto yang tampak seperti tebaran bintang yang jatuh ke bumi. Rina sangat menikmati pemandangan itu, akupun merangkulnya dari belakang. Terasa penisku menegang dan mungkin Rina merasakan itu karena penisku menempel di belahan pantatnya yang montok.

Kemudian aku gesekkan penisku sambil menggerakannya naik turun. Diapun membalasnya dengan goyangan pantatnya. Karena sudah tidak tahan lagi akhirnya aku jilati lehernya, kuping dan pangkal lehernya dengan liar. Nafas kami semakin menggebu-gebu dan gerakan kami sangat liar dan erotis, seliar deruan nafas kami. Dengan masih mempertahankan posisi, aku mulai melucuti pakaiannya, disusul dengan pelucutan pakaianku sendiri. Kujilati habis lehernya sampai ke pipinya. Dia menolehkan wajahnya dan langsung menciumi bibirku.

"Rin, buka dong celana kamu", pintaku dengan nafas masih ngos-ngosan seperti habis lari keliling lapangan. Dia pun membuka celana sekaligus CD-nya. Langsung aku balikkan tubuhnya dan kujilati payu daranya yang ternyata sangat indah, putih bersih dihiasi puting yang memerah hitam menonjol congkak di puncak payudaranya. Kumainkan puting kirinya dan kujilati puting kanannya sambil kupijit lembut bagian payudaranya.

"Settt", Rina menarik nafas dengan tarikan nada yang khas, seirama dengan birahi yang mulai memanas. Setelah jenuh, kumainkan payudaranya. Aku coba telusuri garis perutnya dengan ujung lidahku. Dia mengejangkan badannya ke belakang sambil menarik nafas birahinya lagi, "Ssstt". Aku lanjutkan pengembaraanku menuju pusarnya dan kumainkan lidahku di pusarannya dengan gerakan melingkar. Dia mulai memegang kepalaku dan rambut lurusku sambil meremas dan memainkan rambutku. Kulanjutkan lagi hingga ke bawah pusarnya. Kurapikan bulu vaginanya yang jarang-jarang tapi harum baunya.

Kubuka bibir vaginanya dan kujilati bagian dalam vaginanya. Rinapun semakin mengencangkan cengkeraman tangannya di rambutku. Aku coba untuk mencari clitorisnya. Setelah kutemukan, ternyata sudah memerah dan keras tapi lentur. Aku langsung memainkan dengan ujung lidahku. Kuhisap dan kujilati dengan bersemangat. Rina semakin tidak tenang dan meremas-remas rambutku seirama dengan ganasnya jilatanku. Sambil sesekali menarik nafas dan meremas-remas buah dadanya sendiri. Keluarlah cairan vaginanya banyak sekali dan kuhisap cairan itu sedalam-dalamnya. Karena keenakan dan semakin memuncak birahinya akhirnya dia kehilangan kesimbangannya. Dia tidak kuat lagi berdiri dan kemudian merebahkan tubuhnya di ranjang. Aku langsung menyusulnya dan rebah di atasnya, kami berciuman lagi.

Kemudian dia melepaskan ciumannya, mendorongku dan membaringkanku lalu membalikkan posisiku Celanaku yang belum sempat aku buka. Kemudian dia buka dengan kedua tangannya yang lembut sampai akhirnya kemaluanku keluar dan terlihat menantang. Dia mainkan batang penisku dan mulai menghisapnya perlahan. Dihisapnya dan dikulumnya seperti makan Cornelo. "Heeemm nikmat sekalii" . Rupanya Rina sudah berpengalaman, hisapannya benar-benar asyik sehingga air maniku hampir saja keluar. "Ceplak!, ceploks!", gerakan lidahnya bisa aku rasakan, memijit-mijit penisku dengan halus.

"Buseeett!", teriakku keenakan. Dia memandangku sambil tersenyum manis dengan sinar mata yang liar. Karena tidak tahan lagi, akhirnya aku balikkan dia sehingga sekarang dia berada di bawah. Aku langsung menerjang vaginanya dengan senapanku yang sudah basah kuyup tapi dia malah mencoba menutupi vaginanya dengan tangannya. Aku langsung mencoba menarik tangannya tapi dia tetap menahan tangannya, dia malah tersenyum. Dalam hati aku heran bercampur kesal. Kemudian dia cium bibirku dan kurangkul dia erat-erat sambil kubalas ciumannya. Aku coba memasukkan lagi penisku, tapi dia malah menghindar, sialan aku pikir. Dia masih terus memainkan lidahnya dalam mulutku.

"Nggak kuat yach", sindirnya.
"Ayo dong.., kenapa sich.., adikku udah nggak tahan nich..", pintaku.
Kemudian dia membimbing penisku untuk memasuki ke bibir liang kenikmatannya. Langsung saja aku masukkan penisku perlahan-lahan. Rina langsung menggeliat pelan keenakan. Kumasukkan penisku perlahan namun pasti sampai ke dasar vaginanya, kemudian kutarik lagi dan kumasukan lagi. Dengan irama slow kugenjot naik turun sambil kunikmati wajahnya yang cantik dan kubelai rambutnya.

Dia membuka matanya dan kami saling berpandangan. Aku benar-benar menikmati momen itu dengan terus melancarkan serangan ke vaginanya. Aku mendekatkan wajahku dan terdengarlah nafasnya yang hangat menerpa wajahku. Kunikmati bibirnya yang telah merekah dan hangat tanpa menurunkan tempo genjotanku. Sekonyong-konyong dia memelukku erat dan bersamaan dengan itu kumasukkan dalam-dalam penisku ke vaginanya hingga tenggelam habis. Tubuh kami seperti melekat menjadi satu bersama keringat kami yang bercucuran.

Kemudia dia pererat lagi pelukannya dan kurasakan tubuhnya mengejang dan di dalam vaginanya terasa ada cairan yang menyemprot batang penisku. Dia sudah mengalami orgasme pertamannya. Mengetahui hal itu aku langsung menarik pelan batang kejantananku dan memasukannya lagi perlahan. Dia melepaskan ciumannya dan memandangku dengan sendu. Karena aku belum keluar, maka aku masih belum mencabut penisku di liang surganya. Dia juga tahu kalau aku belum keluar sehingga dia mencoba untuk menggoyangkan pantatnya sekaligus menjepit-jepit penisku dengan vaginanya. Uuuhh gilee..., nikmat banget!, penisku seperti di pijat-pijat hangat, dan tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata.

Baru beberapa genjotan aku langsung mau keluar. Kukeluarkan maniku di luar. "Crot.., croottt", membasahi bagian atas vagina dan perutnya. Kubersihkan senjataku dengan selimut dan mulai lagi aku masukkan penisku ke dalam vaginanya. Inilah kelebihanku yang mungkin jarang di miliki oleh lelaki lain, aku bisa orgasme lebih dari sekali, walaupun sudah keluar mani pertamaku penisku tidak langsung lemas malah menegang terus.

Aku genjot lagi vaginanya. Kemudian aku angkat kedua kaki Rina ke atas sambil aku pegang kakinya. Kusetubuhi dia dengan mesra. Aku mempelajari gaya ini dari BF yang sering kutonton. Rina semakin hanyut dan terbang. Hal ini dapat kulihat di wajahnya. Dia sangat menikmati permainanku. Merasa kecapekan aku minta pada Rina untuk mengganti posisi, supaya dia yang di atas. Kemudian kami ganti posisi dia jongkok di atas penisku dan memegang penisku lalu dimasukkannya ke dalam vaginanya yang basah dan hangat. Rupanya dia tidak mau kalah dengan permainanku. Dia goyangkan tubuhnya, vaginanya mulai mengeluarkan jurusnya menjepit dan memijat yang membuat penisku kaku keenakan. Kupegang pingulnya dan kuikuti iramanya.

Dia meronta-ronta dan sesekali menekukkan badannya ke belakang sambil terus menggenjot dan memutar-mutar vaginanya. Aku serasa terbang tinggi. Deruan nafas kami semakin kencang, "Aaahh.., mmhh.., ssstt".

Kemudian Rina menjatuhkan badannya dan sekarang kami berpelukan dengan mesra. Sambil melancarkan jurusnya dia menciumi habis leher, telinga dan bibirku. Tangannya meremas sprei tempat tidur sambil mendesah, "eeemmh". Rupanya dia hampir orgasme kedua dan dugaanku emang benar, sedetik kemudian keluarlah cairannya dan menyemprot penisku di dalam vaginannya yang terasa hangat sekali. Rina langsung lemas dan terjatuh di sampingku sambil tidak melepaskan pelukannya sehingga aku mengikuti gerakannya. Sementara penisku terlepas dari vaginanya dan sekarang aku di atas lagi.
"Rin, kamu masih kuat..?", tanyaku.
Sambil memejamkan mata dengan raut muka kepuasan dia menjawab sambil menganggukkan kepalanya, "Hheeemm".

Tanpa basa basi lagi aku masukkan penisku perlahan diiringi desahan Rina. Aku genjot lagi. Rina kembali menggoyang pantatnya dan menjepitkan vaginanya. Aku setubuhi dia terus kira-kira 5 menit. Dia orgasme yang ketiga kalinya, tapi kali ini cairannya cuma sedikit.

Setelah orgasme yang ketiga dia lemas, kecapekan dan terkesan pasrah tidak melakukan jurusnya lagi. Dapat kurasakan cairan di dalam vaginanya menjadi hangat. Sementara aku juga sudah merasakan tanda-tanda orgasmeku. Karena dia sudah kecapekan, maka aku goyang sendiri penisku dan kupercepat tempo genjotanku. Rina merintih, "mmaaahh.., aaahh..", dan akhirnya keluarlah maniku yang cuma tingggal sedikit, karena sudah habis di orgasmeku yang pertama. Akupun jadi lemas dan terbaring di samping Rina sambil membelai dan menciumnya. Rina membalas ciumanku dan mengeluskan tanganku di pipinya.

"Rin kamu puas?", tanyaku.
Dia mengangguk sambil tersenyum manis sekali, "Eem".
"Aku senang kalau lawan mainku bisa puas dan itu merupakan kepuasanku juga", kataku.
Dia menanggapi, "Kamu hebat Der yang jadi istri kamu pasti puas"
Aneh kok dia bilang begitu jadi dia cuma ingin Gaya Amerika saja, tidak apa-apa malah bagus, lagian Valentinaku yang di Jogja mau ku kemanain.

Kemudian kita tertidur telanjang di balik sprei yang sudah basah terkena keringat dan mani. Menjelang subuh aku terbangun dan aku rasakan penisku tegang lagi nich. Sementara Rina masih tertidur perlahan, kubangunkan dia dengan ciuman lembut dan jilatan lembut di kedua payudaranya. Rina mulai terangsang dan membalas ciumanku. Langsung kumasukkan lagi penisku ke dalam vaginanya yang mulai basah. Kamipun melakukan satu babak lagi pagi itu. Setelah selesai kami tertidur lagi dan bangun jam 8 pagi.

Kami mandi bersama, saling sabun menyabuni. Rina menyabuni adikku yang tegang terus dengan hati-hati dan penuh kasih sayang. Setelah kami sabun semua tubuh kami, kami biarkan tubuh kami bersih dari sabun. Rina mengencangkan semprotan airnya dan dia jongkok, kemudian mengulum batang penisku. Karena keenakan aku jadi tidak tahan berdiri. Lalu aku ajak dia memakai gaya 69. Kujilati habis vagina Rina yang indah itu dengan clitoris mungilnya yang indah, di bawah guyuran air kami melakukan seks sekali lagi. Vagina Rina kembali beraksi lagi dengan jepitan dan pijatannya yang khas Rina. Vagina Rina membuat kejang dan kali ini aku biarkan maniku kusemprotkan habis ke dalam vaginanya. Beberapa detik kemudian Rina menggelinjang dan di kamar mandi itu kami mendaki puncak kenikmatan bersama-sama. Setelah mandi kami ketawa mesra, kami baru sadar dari semalam kita bercinta tiga kali hingga membuat penisku jadi agak sakit over dosis, apalagi di ronde pertama mainnya lama hingga Rani sampai orgasme tiga kali, vagina Ranipun jadi rada sakit juga kecapean.

Pagi itu kami cabut dari hotel jam 10.00, kemudian kami makan di restoran Pring Sewu. Setelah makan aku antar Rina ke rumah Lina. Itulah pengalaman yang paling mengesankan bersama Rina yang manis. Setelah kejadian itu kalau aku mudik, aku selalu bermain cinta bersama Rina tapi kami jarang sampai nginep, habis takut orang tuanya curiga, paling berangkat jam 5 sore pulang jam 10 malam, yah cuman satu Ronde saja jadinya. Tapi sekarang aku sibuk di Jogja sehingga aku jarang pulang lagian Rani sekarang sudah punya pacar lagi. Salam buat Rani di Purwokerto aku tidak akan melupakan malam itu dan aku tidak akan melupakan vaginanya yang nikmat dengan jurus mautnya.

[+/-] Selengkapnya...

Pengalaman Tak Terduga



Pengalaman Tak Terduga

Pengalaman tak terduga ini bermula dari acara ulang tahun teman kuliahku yang bernama Dava, Irvan dan Indah (bukan nama sebenarnya). Mereka sengaja merayakannya bersamaan di puncak, biar biayanya lebih murah kali yach. Begitu undangan telah disebar di kampus, kami beramai-ramai pergi ke puncak. Malam itu acara demi acara dilangsungkan dengan meriah dan ada yang sampai mabuk.

Ketika jam sudah menunjukan pk 01.00 sebagian rekan-rekanku sudah ada yang pulang dengan pasangannya masing-masing, entah langsung pulang ke Jakarta atau langsung kencan. Karena aku numpang mobil teman, maka dengan terpaksa harus menginap di vila temanku yang besar dan banyak kamarnya. Aku sudah mulai mengantuk dan sedikit pusing sebab aku ikut minum. Aku menemukan kamar kosong dan ngantukku sudah tak tertahankan lagi.

Aku terbangun dengan kaget sebab temanku Fitri dan Indri sudah ada di sebelahku sambil tertawa cekikikan.
"Aduh..., ngapain sih lu masuk-masuk kamar gue, berisik tau nggak!", tegurku kepada kedua cewek jahil ini.
"Alah.., lu..., udah molor aja dech..., nggak apa-apakan kita tidur di sini soalnya semua kamar udah penuh tuh..., tapi awas kalo lu macem-macem ama kita...", jawab Fitri dengan genit.
Aku yang terbangun ikut diskusi dengan mereka berdua. Eh, ternyata mereka sedang cerita jorok. Secara tidak sadar birahiku jadi naik melihat tingkah laku mereka berdua yang menggunakan pakaian tidurnya alias piama. Memang temanku ini, Fitri tubuhnya agak gemuk dan buah dadanya montok sekali, sedangkan Indri bodinya bagus dan seksi, apalagi malam itu dia memakai piama yang agak tipis.


Mereka berdua terus saling meremas buah dadanya sambil bercanda. Posisi mereka ada di sebelah kiriku. Lalu secara tidak sengaja aku ikut meremas payudara Fitri yang persis berada di sebelahku.
"Ach lu pake ikut-ikutan segala", protes Fitri.
"Abis lu bercandanya merangsang sih", jawabku.
Setelah kejadian itu suasana agak sepi, soalnya mereka berdua memutuskan untuk tidur. Saya lihat Fitri langsung tidur, lalu kutegur Indri.
"Eh In, udah tidur belon" tanyaku.
"Belon Har", jawabnya.
Lalu kuajak dia tidur di sebelahku tapi dia menolak soalnya tidak enak sama Fitri. Dengan jawaban Indri yang welcome itu, langsung saja saya pindah ke sebelah ranjang dengan ukuran queen size. Kamipun saling berpandangan.

Tidak lama berpandang-pandangan terus, tanpa basa-basi langsung kucium bibirnya yang indah itu. Aku langsung naik ke ranjang sambil berciuman dan badanku menindih tubuh Indri yang seksi itu. Indri menghentikan cumbuanku yang makin panas itu sambil berkata, "Ach udah deh Har..., entar si Fitri bangun nih, gue kan nggak enak".
"Ala... In, udah tanggung nih, gue jamin dia kagak bakalan bangun, orang yang punya badan segede itu pasti tidurnya nyenyak dech..., lagi pula kita pelan-pelan aja, jangan berisik", jawabku dan langsung kukulum bibirnya tanpa menunggu lama lagi.

Sambil kucumbu, baju piyamanya kubuka kancingnya dan terlihat buah dada yang mungil, lalu dia melepaskan BH-nya. Tanpa pikir panjang aku langsung memegang buah dadanya dengan naluri kelaki-lakianku, soalnya kejadian yang sedang kualami ini adalah pengalaman pertama kali bercumbu dengan wanita, walaupun dia teman kuliahku dan umurku sudah 22 tahun.

Akhirnya kita berdua sudah telanjang bulat, puting susunya ku gigit mesra. Indri mengeluarkan desahan-desahan yang makin membangkitkan gairah seksualku. Dari dada terus kucium perut, lalu ke selengkangannya yang sudah basah karena nafsu. Terasa aneh sekali rasa yang kualami, "Ser..., ser...", di dadaku dengan detak jantungnya yang berdetak cepat. Tanpa sadar Fitri yang sudah tertidur itu bergerak, langsung aktivitas kita dihentikan.
"Ssst..., stop dulu..., ntar si Fitri bangun tuh", pinta Indri. Kami berdua berhenti sesaat sambil melihat tubuh Fitri yang montok itu membelakangi kami.
"In..., sebenarnya ini pengalaman pertama gue..", kataku kepada Indri, Indri menjawab dengan tersenyum saja.
"Gue juga belon pernah nggelakuin begituan Har", Jawab Indri kemudian.
"Gue juga terangsang gara-gara si Fitri ngomongin film BF yang kita tonton kemaren rame-rame...", tambahnya.
"Elo mau nggak kita terusin", pintaku.
"Boleh Har, tapi jangan dimasukin ke sini yach, soalnya beneran gue belon pernah ngelakuin", jawabnya sambil manunjuk ke vaginanya.

Terus aku ganti posisi dan Indri duduk di dekat kemaluanku, tanpa aba-aba dia langsung mencium dan memasukkan penisku ke mulutnya. Gerakan-gerakannya semakin cepat seperti yang aku tonton di film BF tempo hari. Setelah beberapa menit dia kelihatan kecapaian mulutnya soalnya harus terbuka agak lebar saat mengulum penisku. Dia ganti dengan tangan dan mengocok penisku.
"In, sini gantian..., lu tiduran biar gue cium punya lu", pintaku, dan Indri langsung tiduran dan melebarkan selangkannya.
"Har yang lu cium di daerah sini", sambil menunjukan vagina bagian atasnya.

Tanpa tuntunan dia, langsung kuhisap vaginanya sampai cairan lendirnya keluar banyak dan jadi becek.
"Iya Har..., teeruusss Har..., nikmat sekali...", rintihnya. Jariku, aku masukkan ke dalam vaginanya. Kulihat wajahnya, dia menikmati sekali sambil sesekali merintih.
"Aahh..., aahh..., mm...".
"Sssttt..., Iiinnn jangan berisik...", pintaku, soalnya dia menikmati sekali tanpa sadar dia lupa sama temannya di sebelahnya.

Aku langsung bersiap-siap mau masukkan penisku yang semakin keras ke vaginanya.
"Har..., jjjaangannn dong..", pintanya sambil menahan dadaku dengan tangannya.
"In gue udah nggak sabar lagi.., nih, pokoknya kalo terjadi apa-apa gue tanggung jawab deh", jawabku tanpa sadar. Lalu aku langsung memasukkan penisku ke vaginanya tanpa kulihat lagi, dan Indri kelihatan kesakitan sekali.
"Aduh..., Har sakit banget nih".
Kayaknya penis lu salah masuk nih..., Har keluarin dulu dech...", pintanya. Dan memang benar, setelah kulihat ke bawah saya salah memasukkan penisku ini, yang kumasukin adalah anusnya. Aku langsung mencabut penisku sambil tertawa.

Kelihatannya memang Indri sudah ingin sekali melakukan hubungan seks ini, sebab selain dia anak yang baik-baik juga bisa bukan cewek murahan. Lalu dia pegang penisku dan memasukkannya ke liang vaginanya perlahan-lahan.
"Nah..., Har..., ini baru bener masuknya". Tanpa aba-aba aku langsung mengayun pantatku naik turun dan terlihat Indri sangat menikmatinya.
"Yah..., Har..., terus Har..., nikmat.., sekalliii..", erangnya.

Aku benar-benar merasa nikmat sekali, biasanya aku onani memakai tanganku sendiri sama baby oil, tapi sekarang aku benar-benar bisa langsung melakukannya. Seperti gerakan reflek dan mengikuti naluri yang ada kuayun pantatku sampai dengan gerakan yang cepat. Indri dengan mulut tertutup takut mengeluarkan desahan-desahannya, dari mulutnya kelihatan sangat menikmatinya sampai kadang-kadang kejang mencapai orgamesnya berkali-kali. Sampai pada akhirnya aku mencapai klimaks. Dengan gerakan yang cepat terasa sekali air maniku muncrat di dalam vaginanya dan penisku terasa hangat. Setelah kejang-kejang, tubuh Indri kupeluk dengan erat.
"In..., nikmat sekali In..", rintihku.
Setelah itu penisku, kutarik keluar dari vagina Indri yang basah sekali dan akupun telentang dengan lemas serta ngos-ngosan di sebelahnya. Indri kuperhatikan kecapaian, lalu kita tidur sambil berpelukan dan berciuman.

Tanpa sadar kulihat jam tanganku sudah menunjukkan pk 04.35 pagi. Terus aku langsung duduk, kulihat Indri masih tidur.
"In..., In..., bangun, nih lu pake baju lu dulu, gue kebelet pipis nih". Indri dengan malas memakai bajunya dan langsung memakai selimut dan langsung tidur lelap. Kini giliranku yang agak panik mencari bajuku, soalnya lampu kamar mati dan tidak ada cahaya sama sekali.

Setelah aku berpakaian, aku langsung ke kamar mandi yang terletak di luar kamar, kulihat teman-temanku masih pada ngobrol di sofa, soalnya mereka tidak kebagian kamar. Saking takut ketahuan, rambut dan mataku, aku acak-acakin sendiri biar kelihatan bangun tidur.

Pagi harinya jam 10.00, Indri baru keluar dari kamar terus langsung menghampiriku.
"Har..., tega banget lu ya..., gue kan temen lu", protes Indri.
"Abis lu juga kan kepengen sekali ngelakuin seperti itu gue lihat", jawabku.
"Eh..., kalo gue hamil ntar lu yang tanggung jawab yach.." pintanya sambil terus memelukku, seperti layaknya pasangan yang sudah pacaran kita terus berduaan menghindar dari keramaian teman-temanku yang lain.
"Pokonya lain kali kalo kita mau gituan lagi, lu musti bawa kondom, biar gue kagak hamil yach..." pintanya.

Sosok Indri yang terlihat alim itu memang di luar dugaanku, soalnya gara-gara pergaulannya yang bebas dia jadi terjerumus hal yang seperti itu, lagi pula dia anak kost. Setiap pulang dari kampusku di daerah Depok, aku sering mampir ke tempat Kos-kosannya dia untuk melakukan hubungan intim lagi, dan itu terus berlanjut hingga kami lulus.

[+/-] Selengkapnya...

TETANGGAKU



TETANGGAKU
Saya adalah seorang mahasiswa yang sedang pulang untuk liburan. Di suatu hari yang cerah, saya sedang berbaring untuk mencoba tidur siang. Ternyata ibu memanggilku dari luar. Segera saya beranjak dari tempat tidur untuk menemuinya, dan ternyata ibu memintaku untuk mengantarkan sebuah bungkusan untuk diserahkan ke teman arisannya. Tanpa banyak tanya saya segera bergerak ke alamat yang dituju yang tidak berbeda jauh dari rumahku. Sesampainya di sana aku melihat sebuah rumah yang besar dengan arsitektur yang menawan.

Aku segera memijit bel di pintu pagar rumah tersebut. Tidak beberapa lama keluarlah seorang gadis manis yang memakai kaos bergambar tweety kedodoran sehingga tidak terlihat bahwa gadis itu memakai celana, walaupun akhirnya saya melihat dia memakai celana pendek.

Singkat kata saya segera bertanya tentang keberadaan teman ibu saya.
"Hmm..., sorry nih, Ibu Raninya ada?, saya membawa kiriman untuk beliau", tanyaku.
"Wah lagi pergi tuh, Kak..., Kakak siapa ya?", tanyanya lagi.
"Oh saya anaknya Ibu Erlin", jawabku.


Tiba-tiba cuaca mendung dan mulai gerimis. Sehingga gadis manis itu mempersilakan saya masuk dahulu.
"Kakak nganterin apaan sih?", tanyanya.
"Wah..., nggak tahu tuh kayaknya sih berkas-berkas", jawabku sambil mengikutinya ke dalam rumahnya.
"Memang sih tadi Mama titip pesen kalo nanti ada orang yang nganterin barang buat Mama..., tapi aku nggak nyangka kalo yang nganter cowo cakep!", katanya sambil tersenyum simpul.
Mendengar pernyataan itu saya menjadi salah tingkah.

Saat saya memasuki ruang tengah rumah itu, saya menjumpai seorang gadis manis lagi yang sedang asyik nonton TV, tapi melihat kami masuk ia seperti gugup dan mematikan TV yang ditontonnya.
"Ehmm..., Trid siapa sih?", tanya gadis itu.
"Oh iya aku Astrid dan itu temanku Dini, kakak ini yang nganterin pesanan mamaku..", jawab gadis pemilik rumah yang ternyata bernama Astrid.
"Eh iya nama gue Ian", jawabku.

Tidak lama kemudian aku dipersilakan duduk oleh Astrid. Aku segera mencari posisi terdekat untuk duduk, tiba-tiba saat aku mengangkat bantal yang ada di atas kursi yang akan aku duduki aku menemukan sebuah VCD porno yang segera kuletakkan di sebelahku sambil aku berkata, "Eh..., kalo ini punya kamu nyimpannya yang bener nanti ketahuan lho".
Dengan gugup Astrid segera menyembunyikan VCD tersebut di kolong kursinya, lalu segera menyalakan TV yang ternyata sedang menayangkan adegan 2 orang pasangan yang sedang bersetubuh. Karena panik Astrid tidak dapat mengganti gambar yang ada.Untuk menenangkannya tanpa berpikir aku tiba-tiba nyeletuk.
"Emang kalian lagi nonton begini nggak ada yang tahu?".

Dengan muka memerah karena malu mereka menjawab secara bersamaan tapi tidak kompak sehingga terlihat betapa paniknya mereka.
"Ehh..., kita lagi buat tugas biologi tentang reproduksi manusia", jawab Astrid sekenanya. Dapat kulihat mimik mukanya yang ketakutan karena ia duduk tepat di sampingku.
"Tugas biologi?, emangnya kalian ini kelas berapa sih?",tanyaku lagi.
"Kita udah kelas 3 SMP kok!", jawab Dini. Aku hanya mengangguk tanda setuju saja dengan alasan mereka.
"Kenapa kalian nggak nyari model asli atau dari buku kedokteran?", tanyaku.
"Emang nyari dimana Kak?", tanya mereka bersamaan.
"Hi.., hi.., hi.., siapa aja..., kalo gue jadi modelnya mo dibayar berapa?", tanyaku becanda.
"Emang kakak mau jadi model kita?", tanyanya.
Mendengar pertanyaan itu giliran aku yang menjadi gugup.
"Siapa takut!", jawabku nekat.

Ternyata, entah karena mereka sudah 'horny' gara-gara film BF yang mereka tonton itu, Astrid segera mendekatiku dengan malu-malu.
"Sorry kak boleh ya 'itunya' kakak Astrid pinjem", bisiknya.
Dengan jantung yang berdegup kencang aku membiarkan Astrid mulai membuka retsleting celanaku dan terlihat penisku yang masih tergeletak lemas.
"Hmm..., emangnya orang rumah kamu pada pulang jam berapa?", tanyaku mengurangi degup jantungku. Tanpa dijawab Astrid hanya memegangi penisku yang mulai menegang.
"Kak, kalo cowok berdiri itu kayak gini ya?", tanyanya.
"Wah segini sih belum apa-apa", jawabku.
"Coba kamu raba dan elus-elus terus", jawabku.
"Kalo di film kok kayaknya diremas-remas terus juga dimasukin mulut namanya apa sih?", tanyanya lagi.
Ketegangan penisku hampir mencapai maksimal.
"Nah ukuran segini biasanya cowok mulai dapat memulai untuk bersetubuh, gimana kalo sekarang aku kasih tahu tentang alat kelamin wanita, Emm.., vagina namanya", mintaku.

Tanpa banyak tanya ternyata Astrid segera melepaskan celananya sehingga terlihat vaginanya yang masih ditutupi bulu-bulu halus, Astrid duduk di sampingku sehingga dengan mudah aku mengelus-elus bibir vaginanya dan mulai memainkan clitorisnya.
"Ahh..., geli..., Kak.., ahh..., mm..", rintihnya dengan mata yang terpejam.
"Ini yang namanya clitoris pada cewek (tanpa melepaskan jariku dari clitorisnya) nikmat kan kalo aku beginiin", tanyaku lagi. Dan dijawab dengan anggukan kecil.

Tiba-tiba Dini yang sudah telanjang bulat memasukkan penisku ke mulutnya.
"Kok kamu sudah tahu caranya", tanyaku ke Dini.
"Kan nyontoh yang di film", jawabnya.

Tiba-tiba terjadi gigitan kecil di penisku, tapi kubiarkan saja dan mengarahkan tangan kiriku ke vaginanya sambil kuciumi dan kujilati vagina Astrid. Vagina Astrid mulai dibasahi oleh lendir-lendir pelumas yang meleleh keluar.
Tiba-tiba Astrid membisiku, "Kak ajarin bersetubuh dong..?".
"Wah boleh", jawabku sambil mencabut penisku dari mulut Dini.
"Tapi bakal sedikit sakit pertamanya, Trid. Kamu tahan yah...", bisikku.

Aku mengangkangkan pahanya dan memainkan jariku di lubang vaginanya agar membiasakan vagina yang masih perawan itu. Dan aku pelan-pelan mulai menusukkan penisku ke dalam liang vagina Astrid, walau susahnya setengah mati karena pasti masih perawan. Ketika akan masuk aku segera mengecup bibirnya, "Tahan ya sayang...".
"Aduh..., sakit..", teriaknya.
Kubiarkan penisku di dalam vaginanya, beberapa menit baru kumulai gerakan pantatku sehingga penisku bergerak masuk dan keluar, mulai terlihat betapa menikmatinya Astrid akan pengalaman pertamanya.
"Masih sakit nggak, Trid", tanyaku.
"mm..., nggak..., ahh..., ahh..., uhh..., geli Kak".

Hampir 30 menit kami bersetubuh dan Astrid mulai mencapai klimaksnya karena terasa vaginanya basah oleh lendir.
"Kak Astrid pingin pipis!", tanyanya.
"Jangan ditahan keluarin aja", jawabku.
"Ah..., ahh..., emm...., e..mm", terasa otot vaginanya menegang dan meremas penisku.
"Nah Trid kamu kayaknya udah ngerasain ejakulasi tuh".

Aku merebahkan tubuh Astid di sampingku dan segera menarik Dini yang sedang onani sambil melihat film porno di TV.
"Sini kamu mau nggak?", tanyaku.
Tanpa banyak tanya Dini segera bergerak mendekatiku, kuhampiri dia dan segera mengangkat kaki kirinya dan kumasukkan penisku ke vaginanya dan tampaknya ia menahan sakit saat menerima hunjaman penisku di lubang vaginanya sambil memejamkan matanya rapat-rapat, tapi sekian lama aku mengocokkan penisku di vaginanya mulai ia merintih keenakan. Aku terus melakukannya sambil berdiri bersender ke tembok.
"aahh..., Kak.., Dini.., Dini", jeritnya dan tiba-tiba melemas, ia sudah kelur juga pikirku.

Aku bopong gadis itu ke kursi dan rupanya Astrid sudah di belakangku dan menyuruhku duduk dan memasukkan penisku ke vaginanya dengan dibimbing tangannya. Aku telah berganti tempat dan gaya, yang semua Astrid yang memerintahkan sesuai adegan di film sampai akhirnya Astrid memberitahuku bahwa ia akan keluar.
"Trid tahan yah..., aku juga udah mau selesai nih..., ahh..., aahh..., croot..., creettt...,creet", aku muntahkan beberapa cairan maniku di dalam vaginanya dan sisanya aku semprotkan di perutnya.
"Enak..., yah Kak..., hanget deh memekku..., hmm..., ini sperma kamu?", bisiknya dan kujawab dengan ciuman di bibirnya sambil kubelai seluruh tubuh halusnya.

Setelah itu kami mandi membersihkan diri bersama-sama sambil kuraba permukaan payudara Astrid yang kira-kira berukuran cukup besar untuk gadis seusianya, karena terangsang mereka menyerangku dan memulai permainan baru yang di sponsori gadis-gadis manis ini, yang rupanya mereka telah cepat belajar.

[+/-] Selengkapnya...

 

Ym online/offline


VISITOR

Free Website Counter

Ranking

Powered by  MyPagerank.Net

Follow

Visitor's

free counters